Pekerjaan proyek Istana Tua Dalam Loka pada prinsipnya tidak akan bisa disamakan dengan proyek infrastruktur biasa. Karena, proses pembongkarannya memakan waktu sekitar dua tahun. Prinsipnya proses pemugaran ini dimaksimalkan berjalan tiga tahun. Namun demikian, ditemui beberapa kendala dalam proses pemugaran ini. Demikian dikemukakan Koordinator pelaksana proyek rehabilitasi Istana Tua Dalam Loka, Made Subagio Wiryo, ketika ditemui wartawan pekan lalu.
Kendala itu, sebut Made Subagio, proses pengawetan kayu atau konservasi akan memakan waktu yang sangat lama untuk hasil yang sangat maksimal. Dalam artian, kayu yang betul-betul kuat. Kendala lain, dari jumlah keseluruhan kayu yang dibutuhkan, sekitar 25 persen kayu yang berukuran 40 x 40 cm belum datang. “Memang pernah dikirim kayu ukuran tersebut, tapi setelah beberapa bulan kayu ini sudah lapuk. Sehingga dikembalikan lagi. Kemudian kami pesan lagi ke tempat lain. Dan sampai saat ini belum sampai. Saya yakin bulan Juni akan terangkum semuanya beserta konservasinya. Dan hasilnya saya jamin maksimal,” ujar Made Subagio, optimis.
Melihat dari prinsip pengerjaan ini, kata dia-- maka sudah tentu mengundang kontroversi dari beberapa elemen masyarakat. Pada intinya elemen masyarakat yang beranggapan seperti itu tidak mengerti prinsip aturan pemugaran proyek pembangunan yang termasuk peninggalan purbakala. Karena proses dan aturan pemugaran istana peninggalan purbakala itu sudah diatur dalam undang-undang tentang tata cara pemeliharaan dan pemugaran peninggalan purbakala. Pengerjaan proyek Istana Dalam Loka ini tidak muda, namun diakui Made Subagio, dirinya mendapat apresiasi karena dipercaya melaksanakan proyek ini. Dia pun mengakui pernah didatangi oleh konsultan purbakala dari Jepang, dan dosen kebudayaan UGM dalam rangka memberikan tiga formulasi dalam menjaga motif ukiran kayu. Diantaranya, pertama, tanpa menghilangkan ukiran-ukiran itu dengan cara menempel ukiran itu di kayu yang baru. Kedua, kayu yang sudah lapuk itu dilubangi kemudian dimasukkan kayu yang baru didalamnya, serta mengukir ulang ukiran yang ada pada kayu yang baru. Dari tiga formulasi itu, kata dia-- yang akan dilakukan adalah formulasi dengan cara menempelkan ukiran pada kayu yang baru. Karena dengan cara tersebut dinilai tidak akan mengurangi nilai sejarah atau pun nilainya sebagai benda peninggalan purbakala.
Istana kuno tersebut terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (sekitar tahun 1885 M). Saat ini digunakan/dimanfaatkan sebagai “Museum Daerah Sumbawa” tempat penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan dua bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai dengan sifat Allah dalam Al – Qur’an (Asma’ul Husna). Di Dalam Loka ini kita dapat melihat ukiran motif khas daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu bangunannya.
tentunya ini sangat menarik untuk kita kunjungi, apalagi bagi kita warga lokal, tentu kita tidak boleh lupa dan tidak tau menau tentang budaya kita dan peninggalan bersejarah seperti ini, oke semua mari kita sejenak bernostalgia di tempat yang satu ini, melihat bagaimana kisah para raja zaman dahulu,
Miniatur Dalam Loka ini dapat dilihat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta..
peta lokasi istana dalam loka:
Lihat Peta Lebih Besar
Comments
Post a Comment